(0362) 21149
bappeda@bulelengkab.go.id
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Tumbuhnya Wilayah Metropolitan Menuju Pembangunan Daerah yang Inklusif dan Berkelanjutan

Admin bappeda | 08 Juli 2015 | 1884 kali

Indonesia telah menjadi salah satu negara dengan populasi urban terbesar di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Pada tahun 2010, tercatat 49.8 persen penduduk Indonesia bermukim di wilayah perkotaan. Laju urbanisasi yang begitu pesat ini membuka sejumlah peluang besar bagi Indonesia. Jika dikelola dengan baik, urbanisasi berpotensi untuk meningkatkan produktivitas, membuka peluang-peluang di bidang ekonomi, serta dapat meningkatkan penghasilan penduduk perkotaan. Studi ini mengkaji struktur, kinerja, dan rintangan yang dihadapi kota dan metropolitan area di Indonesia, dan bagaimana Indonesia dapat meraup keuntungan dari urbanisasi. Hasil studi menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk mengarahkan strategi pembangunan perkotaan pada dua hal berikut: Perencanaan tata ruang dan prioritas investasi harus konsisten di tiap tingkat kepemerintahan (pusat, propinsi, dankabupaten/kota). Strategi pembangunan perkotaan harus disesuaikan dengan besarnya kota yang bersangkutan. Konektivitas antar kawasan metropolitan, begitu juga antara kawasan perkotaan dan pedesaan juga perlu diperbaiki mengingat kondisi geografis Indonesia yang beragam dan terbentang luas. Selain itu, untuk menyelaraskan tren-tren urbanisasi dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), perencanaan pembangunan sebaiknya berfokus pada peningkatan efisiensi kawasan perkotaan dan usaha-usaha untuk meraup keuntungan dari urbanisasi. Strategi pembangunan yang memusatkan kedua hal tersebut akan lebih menguntungkan pertumbuhan kawasan perkotaan dibandingkan strategi yang berpusat pada pembangunan sentra-sentra pertumbuhan baru atau Zona Ekonomi Khsusus. Temuan utama laporan Urbanisasi di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan, setidaknya hingga jangka menengah. Indonesia berpeluang untuk meraup keuntungan ekonomi besar dari urbanisasi, dimana urbanisasi menggerakkan pertumbuhan ekonomi regional dan menciptakan kawasan perkotaan dan metropolitan yang aktif dan semarak. Kota-kota besar pada umumnya lebih produktif dan kompetitif secara ekonomi dibandingkan kota-kota kecil dan daerah pedesaan. Hal ini terjadi karena adanya fenomena pengelompokan yang dikenal sebagai aglomerasi. Dengan menggunakan metode Agglomeration Index, studi ini berhasil mengidentifikasi 44 area aglomerasi di Indonesia. Mayoritas area aglomerasi ini berada di pulau Jawa, Bali dan Sumatera. Studi ini menunjukkan bahwa kota-kota berukuran menengah (dengan kisaran penduduk 0.5 – 1 juta orang) memiliki kinerja ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan kota-kota lain. Strategi pembangunan perkotaan sebaiknya tidak seragam, namun disesuaikan dengan karakteristik kota atau metropolitan area. Hasil penelitian ini mengisyaratkan perlunya investasi di sektor infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan pesat di kedua metropolitan terbesar (megacities) dan kota-kota ukuran menengah. Dukungan khusus dibutuhkan didaerah metropolitan berukuran besar (dengan jumlah penduduk berkisar antara 5 – 10 juta orang) yang pertumbuhannya tidak secepat kategori kota dan metropolitan area lainnya, sementara kota-kota kecil sebaiknya berfokus pada peningkatan akses kepada pelayanan umum. Kondisi pertanahan nasional yang kurang efisien, keterbatasan konektivitas dan akses terhadap fasilitas kredit adalah faktor-faktor yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah perkotaan