(0362) 21149
bappeda@bulelengkab.go.id
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

BAPPEDA LITBANG PROVINSI BALI INVENTARISASI PERMASALAHAN PEMBANGUNAN / ISU STRATEGIS DI BALI

Admin bappeda | 22 Februari 2018 | 837 kali

Rabu, 21 Februari 2018

Bappeda Litbang Kabupaten Buleleng yang diwakili oleh Bidang Litdatva menghadiri Rapat Inventarisasi Permasalahan dan Isu Strategis di Bali. Rapat yang dipimpin oleh Kabid Litbang Bappeda Provinsi Bali Nyoman Subagia ini dihadiri oleh Kelompok Ahli Pembangunan Provinsi Bali, Bappeda se-Bali, serta Badan Litbang Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.

Penyelarasan isu strategis dimaksudkan agar terjadi harmonisasi isu strategis antara pemerintah pusat, provinsi, dan daerah, sehingga nantinya permasalahan atau isu yang sama dapat di intervensi/ditangani dengan sebuah program kegiatan maupun crash program secara holistik, spasial, tematik dan integrated. Isu strategis inilah yang kemudian diharapkan mengalir ke RPJMD, Renstra, RKPD, Renja, dan kemudian program kegiatan yang konkrit untuk menangani suatu masalah. Sedangkan aliran perencanaan yang baik seperti dimaksud merupakan sebuah nilai tambah dan parameter penilaian bagi penghargaan-penghargaan inovasi maupun perencanaan.

Selain itu, rumusan atau hasil inventarisasi pada hari akan ditindaklanjuti dengan Forum Group Discussion (FGD) dan bilamana perlu dilakukan seuatu kajian dan/atau penelitian yang mendasari munculnya sebuah program untuk mengatasi masalah tersebut. Secara umum, permasalahan pembangunan di Provinsi Bali atau Isu Strategis Bali adalah :
1. Permasalahan Daya Saing
2. Permasalahan Ketimpangan
3. Permasalahan Nilai Tambah
4. Permasalahan Birokrasi dan Pelayanan Publik
5. Katertiban dan Keamanan
6. Perubahan Iklim dan Penanganan Bencana

Masing-masing perwakilan kabupaten/kota berkesempatan menyampaikan permasalahan spesifik di wilayahnya, namun muaranya bahwa forum menyepakati 6 rumusan isu strategis tersebut diatas, dengan penjabaran/prioritas spesifik yang khas kewilayahan, misalnya antara Sarbagita dan diluar Sarbagita tentu prioritas permasalahannya berbeda, sehingga program aksinya pun tidak sama.