(0362) 21149
bappeda@bulelengkab.go.id
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Pendirian Badan Usaha Milik Desa di Kawasan Bali Aga

Admin bappeda | 22 Juni 2016 | 986 kali

Potensi yang dimiliki oleh desa-desa yang ada di kawasan Bali Aga bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat setempat, salah satu solusinya adalah pendirian Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes bersama yang dimiliki oleh lima desa di kawasan Bali Aga, Kecamatan Banjar. Yakni, Desa Sidatapa, Desa Cempaga, Desa Tigawasa, Desa Pedawa dan Desa Banyusri.
 
Potensi yang dimiliki kelima desa ini nyaris sama, berada di ketinggian dengan pemandangan alam yang menakjubkan bisa dijadikan sebagai salah satu obyek pariwisata alam, lahan pertanian dan perkebunan juga menarik ditarik sebagai agrowisata, seni adat dan budaya yang juga punya kekhasan masing-masing sehingga bisa menjadi salah satu aspek pelestarian adat dan budaya yang menunjang pariwisata. Dibidang ekonomi, secara turun-temurun masyarakat setmpat juga adalah penganyam keraijian bambu serta produsen gula aren.
 
Dari potensi-potensi yang dimiliki itu, muncul pemikiran untuk membuat BUMDes bersama yang dikelola oleh kelima desa itu. Pemikiran itu muncul dalam bimbingan teknis Pembangunan Kawasan Perdesaan Kawasan Bali Aga, Kecamatan Banjar yang digelar oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Desa Kabupaten Buleleng, di Desa Cempaga, Selasa 21 Juni 2016.
 
Hadir dalam bimbingan teknis tersebut seluruh aparatur pemerintahan desa dari lima desa di kawasan Bali Aga, sejumlah instansi terkait Pemerintah Kabupaten Buleleng dan Universitas Pendidikan Ganesha. Pihak BPMPD Buleleng juga mengundang Direktur Pembangunan Ekonomi Kawasan Perdesaan,Kementerian Desa, Pembangunan Daerah tertinggal dan Transmigrasi, Faishul Ishom.
 
Kepala BPMPD Buleleng, Gede Sandhiyasa menyatakan potensi-potensi di Kawasan Bali Aga memang perlu dilestarikan terutama soal seni, adat dan budaya serta aktifitas masyarakatnya. Dari pelestarian ini akan dibangun konsep pariwisata adat dan budaya yang saling mendukung dengan aspek lain seperti kerajinan, serta potensi lainnya.
 
“Program ini adalah program berkelanjutan, juga bagiamana kawasan ini bisa berkembang disamping lestari dibidang adat dan budaya,” ujar Sandhiyasa.
 
Namun Sandhiyasa menyatakan, permasalahan mendasar saat ini adalah soal krisis air bersih, karena itu pihaknya mengundang pemerintah pusat untuk bisa membantu permasalahan ini, khususnya pembanguna infrastruktur air.
 
Jika infrastruktur air ini bisa dibangun, maka kelima desa ini juga bisa mengelola air bersih secara mandiri melalui BUMDes ini.
 
“Jadi jika terbentuk BUMDes bersama, bisa merangkul semua sistem ekonomi masyarakat Bali Aga. Baik soal pengelolaan air bersih, kerajinan , dan sejenisnya,” jelas Sandhiyasa lagi.
 
Sementara itu, Faishul Ishom menyatakan BUMDes ini bisa dibentuk oleh kelima desa di Bali Aga untuk kesejahteraan masyarakat setempat. Masing-masing desa ini bisa memiliki saham yang sama dari modal yang disetorkan.
 
“BUMDEs ini kan salah satu cara supaya masyarakatnya bisa berdaya, sejahtera dan taraf ekonomi desa meninkat, dampaknya desa pun juga terangkat secara ekonomi sehingga tidak lagi tertinggal,” kata Faishol Ishom.
 
Bukan hanya soal pendirian, Pemerintah Pusat kata Faishol juga akan menggenjot keterampilan dan kemampuan SDM dimasing-masing BUMDes tersebut supaya bisa berjalan atau beroperasional  secara baik.
 
“Pemerintah punya program untuk pemberdayaan dan peningkatan profesionalitas SDM pengelola BUMDes, bahkan kita ada program reward bagi BUMDes-BUMDes yang berprestasi,”ungkapnya.
 
Sementara itu, Kepala Desa Cempaga, Putu Suarjaya menyatakan pihaknya sepakat bilamana didirikan BUMDes untuk lima desa guna kepentingan kemajuan masyarakat Bali Aga. Namun yang terpenting saat ini, kata Suarjaya adalah peningkatan dan pembangunan infrastruktur air bersih bagi kawasan Bali Aga.
 
“Kalau sekarang musim hujan mungkin tampak hijau semua, tetapi ketika musim kemarau semua kering, bahkan air bersih sulit dicari. Ini yang terpenting dulu, sehingga jika air bersih sudah bagus maka akan mampu menunjang program lainnya,”kata Suarjaya.
 
Senada juga dengan Suarja, Perbekel Pedawa juga menyatakan bahwa pihaknya sepakat bilamana pembanguna kawasan perdesaan di kawasan Bali Aga mencakup banyak hal termasuk pariwisata budaya. Desa Pedawa mempunyai kekhasan rumah adat yang masih ada sampai saat ini.