Hidup dilumpur dan daunnya seringkali menjadi pijakan bagi seekor katak maupun serangga lainnya. Kehidupan berlumpur ini terlihat dari mekarnya warna-warni Bunga Teratai dan lotus. Warna-warni bunga Teratai dan Lotus sungguh kontras dengan kehidupan alam kedua tumbuhan yang menyokongnya.
Jika dipahami, Bunga Teratai dan Lotus ini hidup penuh keindahan dan kebersihan tanpa dipengaruhi oleh lingkungannya yang kotor. Betapapun kotornya tempat tumbuhan ini hidup, tapi keindahannya tetap terjaga dengan baik bahkan menambah keindahan pula bagi lingkungan di sekitarnya.
Nah disi lain, kehidupan tumbuhan yang penuh lumpur dan dijadikan tempat hidup bagi serangga ini justru menghasilkan uang ratusan juta rupiah setiap bulannya bagi seorang Ni Komang Sri Padmi Laksmi. Dia mengembangkan perkebunan bunga Teratai dan Lotus di Desa Patemon, Kecamatan Seririt, Buleleng, Bali.Lokasi pembudidayaannya tepat berada di pinggir daerah aliran sungai saba yang membentang di Desa itu.
BIsnis bunga Teratai dan Lotus yang dikembangkan oleh Sri ini sudah berjalan hampir setahun. Namun, naluri bisnis dan kolega yang cukup banyak membuat bisnis bunga Lotus dan Teratai berkembang cukup pesat.
Setiap minggu, Sri mengirimkan Lotus dan Teratai ini ke luar negeri untuk kebutuhan beberapa Negara di Benua Eropa maupun Australia. Untuk kebutuhan lokal justru dia jarang memenuhinya. “Jika lokal biasanya sampai Denpasar sekitarnya dan Jakarta saja, karena banyak hotel-hotel mewah memerlukan bunga ini untuk kebutuhan wedding maupun event-even milik perusahaan besar,”ujarnya saat ditemui di Patemon. Bunga ini juga sering digunakan untuk kepentingan upacara keagamaan bai umat Hindu dan Budha.
Sri awalnya hanya pekerja pariwisata di Denpasar. Dari pengalamannya bekerja dibidang pariwisata inilah celah bisnis didapatnya. Dia mendapatkan pemahaman budidaya Teratai dan
Dia lalu mengontrak lahan seluas kurang lebh 80 are di Desa Patemon dan dijadikan lahan pembudidayaan Lotus dan Teratai. Karyawan sebanyak sepuluh orang.
Sri bersama karyawanya memanen Lotus dan Teratai setiap hari “Panen setiap hari namun panen harus pagi hari,” ujar wanita yang berasal dari Kecamatan Sawan ini. Satu tangkai Lotus dan Teratai berbeda-beda harganya, tergantung kualitas bunganya.
“Harga mulai Rp.5000 hingga Rp.45.000 pertangkai. Karena ada bunga yang cacat usai dipetik atau saat mendapatkan perawatan dan pembersihan,” terangnya.
Ya pasca panen, bunga-bunga penuh warna ini juga butuh perawatan yang baik paska panennya supaya tetap segar. Untuk membersihkan Lotus dan Teratai dari lumpur juga harus penuh dengan kehati-hatian, harus lembut dan tidak boleh kasar.
“ada tips khusus sehingga bunga lotus dan teratai ini tetap segar hingga dikirim ke luar negeri. Namun tips itu dirahasiakannya untuk kepentingan bisnisnya.
Setelah melalui pembersihan dari lumpur , bunga-bunga Lotus dan Teratai ini dimasukkan ke dalam sebuah mesin pendingin yang cukup besar. Bibit Lotus dan Teratai yang kembangkan oleh Sri merupakan bibit Lokal Buleleng dan Bali pada umumnya.
Dia tidak mencari jauh bibit-bibtnya karena lebih memilih mengembangkan bibit dari Buleleng
Menurut Sri, ada makna dan filosopi yang terkandung ketika menjaga bunga ini tetap sehat, segar dan tetap wangi dalam jangka waktu lama. Filosopinya tidak lepas dari kehidupan manusia itu sendiri, kata Dia.
“Ini percaya atau tidak ya pak, menjaga bunga itu sama dengan menjaga hati, menjaga diri kita agar selalu dalam keadaan baik. Harus lembut, tidak kasar. Jaga dan rawat bunga-bunga ini dengan penuh kelembutan, tidak kasar, bunga ini akan tetap mekar dan segar dalam jangka waktu lama,”ujarnya.
Sri mengaku dibalik bisnis ini juga karena sangat menyukai Teratai dan Lotus yang penuh warna dan keindahan. Bunga ini juga sangat unik serta mampu menyegarkan dan hati mata manusia bila memandangnya.
Lotus dan Teratai ini hidup penuh keindahan dan kebersihan tanpa dipengaruhi oleh lingkungannya yang kotor. Betapapun kotornya tempat dia hidup, tapi keindahannya tetap terjaga dengan baik bahkan menambah keindahan pula bagi lingkungan di sekitarnya.
Download disini